Langsung ke konten utama

Menerangi hati dalam cobaan dengan dzikir

Hidup merupakan sebuah rangkaian perjalanan setiap manusia yang secara langsung maupun tidak langsung akan mengalami banyak permasalahan dan cobaan yang menyertai. Hakekat manusia sebagai seorang khalifah di muka bumi adalah untuk mengabdi kepada Allah SWT dengan beragam bentuk ibadah yang bisa dilakukan baik ibadah secara vertikal maupun horizontal. Hubungan antara ibadah dan cobaan sangat erat, dimana sebuah bentuk kesabaran dan upaya dalam menghadapi cobaan tersebut merupakan sebuah ibadah yang kadangkala setiap manusia tidak menyadarinya.

Mengeluh dan putus asa terhadap cobaan atau tidak menerima akan cobaan itu sendiri adalah sebuah sikap yang seringkali dihadirkan ketika sebuah cobaan datang menghampiri. Cobaan merupakaan tanda kecintaan dari Allah SWT terhadap umatNya, suatu hal yang tidak pernah disadari oleh kita sebagai makhluknya. Dalam hadits lain diriwayatkan, Nabi Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah jika mencintai suatu kaum, maka DIA akan mendatangkan cobaan kepada mereka. Dan barangsiapa rela dengan ujian itu, maka dia akan memperoleh kerelaan-NYA. Dan barangsiapa membencinya maka dia akan memperoleh kebencian-NYA” (HR. Tirmizi, 2396 dan Ibnu Majah, 403).

Salah satu upaya yang bisa kita lakukan dalam menghadapi sebuah cobaan adalah salah satunya dengan berdzikir. Dzikir ternyata tak hanya perkara mengingat Allah SWT agar kita lebih bertaqwa kepada-Nya. Dzikir juga memiliki banyak sekali kelebihan yang secara tidak langsung kita dapatkan setelah melakukannya berkali-kali dan dengan berdzikir seseorang pada hakekatnya sedang berhubungan dengan Allah.

Dzikir adalah satu ibadah yang sangat mulia dan begitu dianjurkan. Keutamaan dan nilai dari ibadah ini begitu besar dan beragam. Bahkan dapat disimpulkan bahwa sangat tidak sebanding antara upaya dan energi yang dikeluarkan untuk melakukan ibadah dzikir dengan keutamaan yang disediakan. Dzikir adalah ibadah yang tidak begitu memerlukan upaya dan pengorbanan besar. Al-Qur’an dan Hadits sangat menganjurkan juga mengisyaratkan betapa mulia ibadah dzikir. Allah SWT memerintah kita sebagai makhlukNya untuk banyak berdzikir, tanpa dibatasi jumlahnya. “Wahai orang-orang yang beriman banyak-banyaklah berdzikir kepada Allah” (Al-Ahzab: 41).

Sejak abad 13 Masehi, Imam Ibnu Qayyim Al-Jauziyah dalam kitab Al-Wabil Ash Shayyib menyebutkan manfaat dari dzikrullah sebanyak tujuhpuluh tiga, diantaranya sebagai berikut: Mengusir setan, mendatangkan ridha Ar Rahman, menghilangkan gelisah dan hati yang gundah gulana, hati menjadi gembira dan lapang, menguatkan hati dan badan, menerangi hati dan wajah menjadi bersinar, mendatangkan rizki, orang yang berdzikir akan merasakan manisnya iman dan keceriaan, mendatangkan inabah, yaitu kembali pada Allah ‘Azza wa Jalla., meraih apa yang Allah sebut dalam ayat: “Maka ingatlah pada-Ku, maka Aku akan mengingat kalian.” (QS. Al Baqarah:152), hati akan semakin hidup, dzikir menyebabkan lisan semakin sibuk sehingga terhindar dari ghibah (menggunjing), namimah (adu domba), dusta, perbuatan keji dan batil, akan memberikan rasa aman bagi seorang hamba dari kerugian di Hari Kiamat, dzikir adalah cahaya bagi pemiliknya di dunia, kubur, dan Hari Kebangkitan, dzikir akan memperingatkan hati yang tertidur lelap.

Saat menghadapi cobaan apakah itu sebuah cobaan yang ringan atau berat, alangkah baiknya jika kita meluangkan waktu untuk berdzikir. Menyerahkan segala sesuatunya kepada sang pemilik kehidupan yaitu Allah SWT, menundukkan hati, jiwa dan raga kita pada posisi yang serendah-rendahnya dihadapan Allah SWT. Secara langsung maupun tidak langsung, energy positif akan mengalir pada hati dan jiwa kita dan Allah SWT akan secara perlahan menurunkan pertolonganNya kepada kita. Khususnya dengan melihat keutamaan di atas, maka menjadi sesuatu hal yang hakiki untuk kita berdzikir menyebut namaNya ketika kita sebagai makhlukNya ditimpa sebuah cobaan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Paradigma Pemerintahan Government ke Governance

Proses reformasi telah membawa perubahan paradigma pemerintahan dari  government menjadi  governance. Revitalisasi dan reposisi kelembagaan pemerintah daerah telah dilakukan mengawali proses desentralisasi (otonomi daerah) sebagai bagian dari proses menuju governance . Desentralisasi untuk meng-optimalkan fungsi pemerintahan, meliputi: pelayanan, pengaturan dan pemberdayaan diformulasikan dalam kebijakan publik, serta berorientasi pada kebutuhan masyarakat. Optimalisasi fungsi pemerintahan dapat diwujudkan jika para pejabat sensititif dan responsif terhadap peluang dan tantangan baru, mampu melakukan terobosan, pemikiran kreatif dan inovatif, memiliki wawasan futuristik dan sistemik antisipatif meminimalkan resiko dan mengoptimalkan sumber daya potensial (Propenko & Pavlin, 1991). Dengan  demikian otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya menciptakan kemampuan mandiri dari mas-yarakat daerah, bukan hanya pemerintah daerah. Oleh sebab itu otonomi bermakna pem...

Polemik Reklame di Kota Surabaya

Permasalahan penyelenggaraan reklame di Indonesia menitik beratkan dari dasar hukum yang dipergunakan, meskipun telah terdapat perda yang mengatur tentang penyelenggaraan reklame dan pajak reklame, tetapi masih terdapat   aturan-aturan yang lebih teknis melalui Peraturan Walikota (Perwali). Dalam kenyataannya, sebagian besar perusahaan periklanan selaku wajib pajak (WP) mengatakan selalu dirugikan oleh pihak Pemkot baik dalam hal perizinan maupun pembebanan tarif pajak reklame yang dianggap sangat besar. Berdasarkan definisinya, reklame merupakan media periklanan dengan ukuran besar yang ditempatkan pada area yang sering dilalui, seperti halnya pada sisi persimpangan jalan raya yang padat. Reklame berisi iklan yang ditujukan untuk dilihat pejalan kaki maupun pengendara kendaraan bermotor yang melewatinya. Reklame umumnya berisi ilustrasi yang besar dan menarik, disertai dengan slogan . Di Indonesia, terdapat kecenderungan membedakan reklame dan iklan berdasarkan kate...

Permasalahan Pelik Kota Besar : Pedagang Kaki Lima

Persoalan pedagang kaki lima (PKL) menjadi masalah yang tak pernah absen di seluruh kota di Indonesia. PKL selalu menimbulkan kesan yang buruk terhadap penataan ruang kota seperti masalah estetika, ketidak teraturan, ketertiban, kebersihan, masalah keamanan, penurunan kualitas lingkungan, dan permasalahan lalu lintas, PKL menjadi dilematis ketika realita nya memberikan manfaat tersendiri bagi masyarakat. PKL pun menjadi salah satu primadona masyarakat dalam memenuhi Kebutuhan konsumsi sehari-hari. Kelebihannya yang murah dan mudah dijangkau membuat masyarakat sulit melepas PKL. Hampir di seluruh kota di Indonesia PKL digusur untuk menangani dampaknya serta mengembalikan keindahan ruang kota. Tetapi hal ini bukan penyelesaian yang solutifkarena pada akhirnya [ara PKL tersebut kembali ke tempat semula atau mencari pusat keramaian baru. Kebijakan ini hanya memindahkan permasalahan sementara saja atau justru memindahkan permasalahan ke tempat yang baru, tetapi tidak menyelesaika...